sajak sajak klungsu

1

aku mengembara ke dalam dawai dan tiba di damsyik menjajakan puisi

- inilah radio dan botol kosong! kunyanyikan dylan, beatles, dandanggula, mazika.com jiwa merdu, sanggurdi menatah amarah di pintu kota dewi lidah getih darah tersirap belalang terbang aku ruh yang butuh tubuh,

kabarkan duniaku yang tersunyi – dikuasai kamar dan lari ke tengah rimba gelap –sedang matahari tersedu-sedan para perawan!sirnaku mainkan gamelan dan tombol radio bangunkan rembulan dari dasar laut, memandang orang bercanda dan berpelukan, setelah dawai-dawai kendor dylan ngungsi dari baghdad, beatles menjaja rambutan di tengah laut menanti mimpi

jiwaku, mana murungmu? pijak di bawah sepatu dan bawa ke atas bukit, bebaskan dia menggelinding dan memanjati puncak yang patah setelah mayatnya ocehkan dewi lidah getih darah tersirap belalang terbang di jurang sebelah rumah, tempat tubuh rebahkan baka

2 sebuah meja dan dirimu menghuni kamar itu dan seperti biasanya, kauhidangkan kertas yang bertabur sajak - masih saja kautelusuri desa-desa kering

  tanpa hujan besar dan banjir besar

biarkan rembulan redup berkunjung merangkak sekeliling meja dan biarkan ia membakar amarah: je suis tombée amoureuse d’une musique situ mau apa? 3 hujan yang jatuh bebaskan seseorang dari sunyi keasingan terlalu murah dan terlalu lumrah terkoyak di ujung daun layu menyaksikan seseorang menurunkan matahari membuat jendela impian di sana - bunga saat kau mendengarkan kuliah di rembang petang hujan membasahi kembang-kembang yang tidak rela tubuhnya bermandi harapan tiada selain suara suara suara dari depan kelas yang tiba-tiba retak mengeluhkan masa lalu yang tualang dari kutu ke obat pencahar

masa laluku yang tersimpul senyap, kekasih aku rindukan tarub bermain catur denganku mengisi segenap gairah bersama ciuman merah dan jantung berdarah gemericing hujan mengusap tilamku selalu basah air mata karena dingin tubuhku telanjang dalam waktu

4

      kesunyian lelaki ini dibawa malaikat dari ujung

rambut memendar mencari lindung di leher kekasih yang putih tetapi harumnya meronta dalam rimba makna



dan sunyi itu menjurai rambut seorang gadis sedang bermain air laut mengumpulkan hari di setiap helai nadi birahi hidupnya

seorang lelaki kepada langit menawarkan anggur manis karena berharap wajah kekasih timbul tenggelam --- teguk dan basahi lubang ruh dari dahaga panjang , mendahak dan muntahkan isi kehidupan di sofa waktu yang enggan menolak beku

siapa mati saat tembang kebogirotarigambyong penuhi alunalun dengan lidah beku dan cucuran darah? siapa mati? siapa mati? kaukah yang pecah dari setangkai mawar pedupaan bawah pancuran tempat tarub temukan tujuh puteri dan isengnya menggotongi sebongkah batu yang tumbuh dalam kemanusiaan yang retak? tanah retak! dari lubang mulutmu tidak mencuat tombak pembidik matahari yang tiba-tiba saja mengancam sebentuk angan asmara dalam dering sekumpulan kunci kehidupan kita, tak lagi tingkahi nyanyian ini semata-mata dengan impian dan kesiaan.

5

dormidosduredur! prajurit gagah, mari sandang peperangan ini ke jantung kota dan bikin jemaah di sana:

- kamarku telah sangsai, wahai jalan lurus, buatlah tembusan di sana. manusia atau seekor lipas, biarkan temukan aku bicarakan papan catur, kopi panas, tubuh waktu, politik mawar, atau bahkan kuliah jam satu pagi! Dormir-dos-durer-dur!

seorang perempuan tua yang lain, yang bertelanjang hati tetapi berkebaya, melepas kepalanya, menaruhnya di dalam tas belanja, mendatangi pengkotbah jam satu pagi: - anakku menjadi mujahid dan masuk kota ini terpaut oleh tutur katamu! tetapi mayatnya terbujur di moncong kata-katamu dan berduka aku sehingga terbagi tubuhku di kedua mauKu, ujud dan tiada tubuh. Ini! (ia melemparkan kepala ke kaki mimbar) bumiku telah memisah di kesunyian jalan lurus hasil ocehan bekumu! Dormir-dos-durer-dur! Oo ladang, pengumpil batu timbunan air---di tengah hari rapatkan gerbang bekas leluhur pergi jauh. Tidak jejak bahkan bau pun. Kepada siapa tangis dijatuhkan? Mengapa tangan harus beruratkan murung dan pecah dalam derai derai derai gerimis rinai?

6

kisah berdarah! Beradu tinju kepada gadis di sebalik kaca Ayolah naiki pohonmu Aku sandang waktu dan mengambil jarak melepaskan langkah hitungi waktu setetes sumur kita siapa dan mengapa tanyakan harus tidak bersama selain sirna, tiada ada oo mana cahaya rembulan yang kerap goda kamar belajar dengan merah kemudaan kita bikin pesta! ayo, angin yang gagah lucuti semua batas waktu batas ruang, kecuali satu biarkan duka dalam gelas menjadi sembilu waktu agar hukum waktu bagi gadis di atas pohon ada dan tiada ini pesta meriah dan kurang ajar! Teriak sebuah bayangan menyuruk dari dalam gelas tumpah: kita dan siapa saja tiada bermuasal selain pesta tanpa tembang tembang tembang tentang kembang tiktak tiktak tiktak tiktak musiiik! turunlah engkau dari bukit nuh bikinlah meriah semua tiada yang pecah getarkan dawaidawai lembut di perut kekasih yang bangkitkan keindahan dari kotak bedak kita tambak air mata kita mainkan tombak ikan di sana manakah ombak dan angin parau yang akan bawakan kabar bahwa kapal akan jatuhkan sauh di pelabuhan kembara?

7

puaka, sebelum turun bumi --- berbahasakan engkau? sebelum masuki pual---ketuk pintukah? maka pagi yang pudar pada divanku ciptakan pukas dan pemandian pualam yang ukir nama seseorang dalam mimpi semalam gadis manis dan sebatang pucung, pusa pusa pusa bonga bolai pusu tersentuh angin

8

wahai rahasia masa kurambih jiwamu dengan mulut hampir retak aku ngungun aku rambun - rangapa aku merambih jiwa gelisah dengan puaka! Pusaran air dan pusa! Pusa!

Pusa! Jiwaku, marilah turun gunung dan masuki goia tempat Yakub Mengaku alahkan anak-bini, kita bersatu bicara dan langit biarkan berdesakan pandangi dua gelas teh kental hilang gerak dan letaknya pada lantai yang keriput dan tangisan harapan yang keriput, di pagi menuju jalan kamarku berkeringat seolah-lelah dalam pengaruh detik dan musik tiktak tingtong kita lepas saling untaikan kata-kata tetang bayi dan juga darah di bawah lampu tampias, kita basah kita lelah dan berserah di bawah hujan demi amarah

oya, barangkali pikiran memikirkan tuhan atau titipan senyuman kekasih dan selalu demikianlah mata dua kail teruncang-uncang lantaran sungai kering dahaga dan ikan-ikan membuat rumah di dalam batu hitam engkau yang lemah, bisikmu asal saja, tak pernah bisa menangisi matahari yang gagah berani karena iA punya separuh isi kaleng roti di atas meja air teh yang genangi wajah, tidak mampu pantulkan daku yang lagi tersenyum karena air mata telah kutambak di kolam musik, cintaku yang waktu, selamat pagi dan manis sekali langit tersenyum tanpa burung dan pepohonan, manis sekali biola dalam jamuan pagi tanpa ditingkahi gelas beradu denting gelas? turunlah engkau dari bukit nuh untuk ukur bumi dan saksikan piramid mengoyak pucuk cemara kita ternyata kecil dan terlalu besar masuki lubang semut kita ternyata bersua kehilangan gambar jiwa

yogyakarta 1 agustus 2005

/8